Minggu, 11 Desember 2011

HDN,, apakah ituuu,,,???


Mungkin kebanyakan dari kita merasa asing dengan istilah HDN. HDN atau Hemolytic Disease of New Born atau sering disebut sebagai erythroblastosis fetalis. Eritroblastosis fetalis terjadi akibat antibody aktif ibu melewati placenta dan melawan antigen sel darah merah bayi, yang menyebabkan kenaikan angka penghancuran sel eritrosit. Penyakit ini berlanjut menjadi penyebab penting anemia dan ikterus pada bayi baru lahir walaupun metode pencegahan isoimunisasi oleh ibu dengan antigen Rh telah dikembangkan. Walau telah diidentifikasi telah ada lebih dari 60 macam antigen sel darah merah yang mampu mendatangkan respons antibody pada resipien yang sesuai, penyakit yang berarti terutama dihubungkan dengan antigen d grup Rh dan dengan inkompatibilitas faktor ABO. Kadang-kadang penyakit hemolitik dapat disebabkan oleh antigen C atau E atau oleh antigen sel darah merah lainnya, seperti Cw, Cx, Du, K (Kell), m, Duffy, S, P, MNS, Xg, Lutheran, Diego, dan Kidd. Antibodi anti-lewis tidak menyebabkan penyakit hemolitik.

Penyebab HDN yang tersering sekarang adalah antibodi imun sistem golongan darah ABO – yang tersering adalah anti A yang dihasilkan oleh ibu bergolongan darah O terhadap janin golongan darah A. Walaupun demikian, bentuk HDN ini biasanya ringan. Beberapa kasus HDN disebabkan oleh antibodi sistem golongan darah lain seperti anti-Kell. Penyakit hemolitik jarang terjadi pada kehamilan pertama, karena transfusi darah janin yang Rh positif ke dalam ibu yang Rh negatif cenderung terjadi dekat waktu persalinan, dan sudah telambat bagi ibu untuk menjadi tersensitisasi serta memindahkan antibodinya kepada bayi sebelum persalinan. Kenyataanya 55% ayah Rh positif adalah Heterozygot (D/d) dan dapat mempunyai anak Rh negatif, dan hanya 50% kehamilan yang mengalami tranfusi janin-ibu sehingga mengurangi peluang sensitisasi; seperti pada keluarga kecil, kesempatan terjadinya hal ini adalah kecil. Akhirnya, kapasitas wanita Rh negatif untuk membentuk antibodi beragam, beberapa wanita menghasilkan titer yang rendah walaupun sudah kemasukkan antigen yang adekuat. Jadi, keseluruhan insidens isoimunisasi ibu Rh negatif yang beresiko adalah rendah, dengan antibodi terhadap antigen D yang terdeteksi kurang dari 10% dari mereka yang diteliti, bahkan sesudah lima kehamilan atau lebih hanya sekitar 5% yang pernah mempunyai bayi dengan penyakit hemolitik. Bila ibu dan ajnin juga tidak cocok, berkenaan dengan golongan A atau B, ibu sebagian diproteksi terhadap sensitisasi dengan jalan menyingkirkan sel-sel rh positif secara cepat dari sirkulasi ibu yaitu melalui anti-A atau anti-Bnya, yang merupakan antibodi IgM dan tidak melewati placenta. Bial ibu telah tersentisisasi bayi mungkin menderita penyakit hemolitik . ada kecenderunagn bahwa tingkat keparahan penyakit Rh menjadi lebih jelek dengan adanya kehamilan yang berturut-turut. Adanya kemungkinan bahwa bayi pertama yang terkena sesudah sensitisasi dapat menjadi pertanda terakhir bagi ibu untuk dapat melahirkan bayi Rh positif , telah menghasilkan usulan untuk segera melakukan pencegahan sensitisasi apabila hal ini memungkinkan. Pencegahan demikian terdiri atas injeksi gama globulin anti-D (RhoGam) pada ibu segera sesudah persalinan setiap bayi dengan Rh positif.
...Read More..