Jumat, 17 Februari 2012

penatalaksanaan terapi oksigen

penatalaksanaan terapi oksigen pada pasien...kebutuhan oxygen untuk kehidupan sel-sel yang mempertanggung jawabkan sempurnanya fungsi organ dapat terjamin.
KONDISI YANG MEMERLUKAN OXYGEN
  Sumbatan Jalan Nafas
  Henti Nafas
 Henti Jantung 
 Nyeri Dada
  Trauma Thorax 
 Tenggelam
  Hypoventilasi ( RR < 10x /mx )
  Distress Nafas
  Hipertermi 
 Shock
  Keracunan gas, CO 
 Pasien tidak sadar

 PERALATAN OKSIGEN 
• Nasal Kanula
 • Face Mask 
• Partial Rebreathing Mask 
Ventury Mask 
• Bag Value Mask
 • Flow Meter ( Regulator ) 
• Oksigen 

MACAM ALAT BANTU JALAN NAFAS
 • OROPHARYNGEAL (MOYO)
 • NASOPHARYNGEAL
 • ENDOTRACHSAL TUBE ( ETT ) ALAT UNTUK POSIVE PRESSURE 
• BAG VALVE MASK
 • JACKSON REES
 • VENTILATOR / RESPIRATOR TERAPI OKSIGEN


 INDIKASI
 • Pada penurunan Pa O2 dengan gejala + tanda hipoksia, dispnoe, takhipnoe, disorientasi, gelisah, apatis atau penurunan kesadaran, takhikardia / bradikardia
 • Pada Keadaan Lain : Gagal nafas akut, Shock, Keracunan Co

 METODE PEMBERIAN OKSIGEN 1. SISTEM ALIRAN DARAH
 a. Low Flow Concentration 
• Kateter Nasal 
• Kanule Nasal / Nasal Prong
 b. Low High Concentration
 • Sungkup muka sederhana
 • Sungkup muka dengan kantong rebreathing
 • Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

 KATETER NASAL :
 1. SISTEM ALIRAN TINGGI 
a. High Flow Low Concentration
  Sungkup ventury
 b. High Flow High Concentration
  Head Box
  Sungkup 

CPAP KEUNTUNGAN :
 • Pemberian Oksigen Stabil
 • Pasien bebas bergerak / bicara, makam minum 
• Harga murah 

OROPHARINGEAL AIRWAY ( MAYO TUBE ) 
Berguna untuk : 
1. Mencegah lidah melekat pada dinding posterior pharing 
2. Mempermudah penghisapan lendir
 3. Mencegah ETT tergigit 

INTUBASI INDIKASI : 
a. Henti Jantung b. Pasien sadar tapi ventilasi tidak adekuat 
c. Pasien tidak dapat mempertahankan jalan nafas yang adekuat
 d. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adekuat dengan cara konvensional

 NASAL KANUL / NASAL PRONG
 Keuntungan : 
 Pemberian O2 stabil dengan laju nafas teratur 
 Bisa diberikan dalam jangka lama 
 Pasien bisa bergerak bebas, makan minum, bicara 
 Efisien & nyaman untuk pasien

 PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS 
A. Memastikan Jalan Nafas Bebas 
 Mengenali adanya sumbatan jalan mafas 
 Membebasuan jalan nafas 
B. Memberikan Ventilasi Tekanan Positif 
 Bantuan nafas dari mulut ke mulut 
 Bantuan nafas dari mulut ke sumhkup
  Bantuan nafas dengan memakai bagging 
C. Memberikan Bantuan Therapi O2 
 Sistem Aliran Rendah
  Sistem Aliran Tinggi 

MEMASTIKAN JALAN NAFAS BEBAS 
 Mengenali Adanya Sumbatan Jalan Nafas
  Sumbatan Jalan Nafas Bag. Atas 
 Sumbatan Jalan Nafas Bag. Bawah 
 Membebaskan Jalan Nafas 
  Tanpa Alat
  Dengan Alat ( Oronpharingeal Tube, Nasopharingsal Tube Penghisaban Lendir ( Suction ) dan Intubasi ) 
 !!!!!!!!TERIMA KASIH !!!!!!!!!! (RN)
...Read More..

Kamis, 26 Januari 2012

FISIKA KEPERAWATAN

Aplikasi ilmu fisika digunakan untuk memahami fungsi tubuh manusia dalam masalah kesehatan dan penyakit; dan pada instrumentasi yang digunakan dalam diagnosa dan terapi. 

Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Ketelitian yaitu pengukuran yang bagaimana memberikan pendekatan untuk memperoleh suatu standar.
2. Kebenaran yaitu kemampuan pengembalian dari suatu pengukuran tanpa mempedulikan ketelitian dalam pengukuran.

Kesalahan yang terjadi dalam pengukuran antara lain 
1. Kesalahan Pemeriksa 
2. Kesalahan orang yang diperiksa 

FALSE POSITIF Suatu penyimpangan dimana penderita dinyatakan sakit padahal tidak. Misalnya pada pemeriksaan kadar gula darah. cenderung meningkat jika penderita tersebut baru saja minum air gula. 

FALSE NEGATIF Suatu penyimpangan dimana penderita dinyatakan sehat padahal ia sakit. 

Cara Menghindari pengukuran yang salah 
1. Pengambilan pengukuran harus teliti dan hati- hati. 
2. pengulangan pangambilan sampel 
3. Standarisasi alat 
4. Kalibrasi alat.
...Read More..

Minggu, 11 Desember 2011

HDN,, apakah ituuu,,,???


Mungkin kebanyakan dari kita merasa asing dengan istilah HDN. HDN atau Hemolytic Disease of New Born atau sering disebut sebagai erythroblastosis fetalis. Eritroblastosis fetalis terjadi akibat antibody aktif ibu melewati placenta dan melawan antigen sel darah merah bayi, yang menyebabkan kenaikan angka penghancuran sel eritrosit. Penyakit ini berlanjut menjadi penyebab penting anemia dan ikterus pada bayi baru lahir walaupun metode pencegahan isoimunisasi oleh ibu dengan antigen Rh telah dikembangkan. Walau telah diidentifikasi telah ada lebih dari 60 macam antigen sel darah merah yang mampu mendatangkan respons antibody pada resipien yang sesuai, penyakit yang berarti terutama dihubungkan dengan antigen d grup Rh dan dengan inkompatibilitas faktor ABO. Kadang-kadang penyakit hemolitik dapat disebabkan oleh antigen C atau E atau oleh antigen sel darah merah lainnya, seperti Cw, Cx, Du, K (Kell), m, Duffy, S, P, MNS, Xg, Lutheran, Diego, dan Kidd. Antibodi anti-lewis tidak menyebabkan penyakit hemolitik.

Penyebab HDN yang tersering sekarang adalah antibodi imun sistem golongan darah ABO – yang tersering adalah anti A yang dihasilkan oleh ibu bergolongan darah O terhadap janin golongan darah A. Walaupun demikian, bentuk HDN ini biasanya ringan. Beberapa kasus HDN disebabkan oleh antibodi sistem golongan darah lain seperti anti-Kell. Penyakit hemolitik jarang terjadi pada kehamilan pertama, karena transfusi darah janin yang Rh positif ke dalam ibu yang Rh negatif cenderung terjadi dekat waktu persalinan, dan sudah telambat bagi ibu untuk menjadi tersensitisasi serta memindahkan antibodinya kepada bayi sebelum persalinan. Kenyataanya 55% ayah Rh positif adalah Heterozygot (D/d) dan dapat mempunyai anak Rh negatif, dan hanya 50% kehamilan yang mengalami tranfusi janin-ibu sehingga mengurangi peluang sensitisasi; seperti pada keluarga kecil, kesempatan terjadinya hal ini adalah kecil. Akhirnya, kapasitas wanita Rh negatif untuk membentuk antibodi beragam, beberapa wanita menghasilkan titer yang rendah walaupun sudah kemasukkan antigen yang adekuat. Jadi, keseluruhan insidens isoimunisasi ibu Rh negatif yang beresiko adalah rendah, dengan antibodi terhadap antigen D yang terdeteksi kurang dari 10% dari mereka yang diteliti, bahkan sesudah lima kehamilan atau lebih hanya sekitar 5% yang pernah mempunyai bayi dengan penyakit hemolitik. Bila ibu dan ajnin juga tidak cocok, berkenaan dengan golongan A atau B, ibu sebagian diproteksi terhadap sensitisasi dengan jalan menyingkirkan sel-sel rh positif secara cepat dari sirkulasi ibu yaitu melalui anti-A atau anti-Bnya, yang merupakan antibodi IgM dan tidak melewati placenta. Bial ibu telah tersentisisasi bayi mungkin menderita penyakit hemolitik . ada kecenderunagn bahwa tingkat keparahan penyakit Rh menjadi lebih jelek dengan adanya kehamilan yang berturut-turut. Adanya kemungkinan bahwa bayi pertama yang terkena sesudah sensitisasi dapat menjadi pertanda terakhir bagi ibu untuk dapat melahirkan bayi Rh positif , telah menghasilkan usulan untuk segera melakukan pencegahan sensitisasi apabila hal ini memungkinkan. Pencegahan demikian terdiri atas injeksi gama globulin anti-D (RhoGam) pada ibu segera sesudah persalinan setiap bayi dengan Rh positif.
...Read More..