Kamis, 22 September 2011

RJP dan EKG


Kapan Memulai RJP
Berbeda dengan penanganan medis yang lain,RJP bisa dimulai tanpa adanya instruksi dokter. Artinya siapapun yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan resusitasi dapat memulai RJP ketika berhadapan dengan kasus henti jantung. Namun, penolong juga harus mengetahui beberapa keadaan sehingga RJP tidak perlu dilakukan, antara lain:
·         Keadaan henti jantung yang disaksikan
Jika kita mneyaksikan sendiri terjadinya henti jantung, sudah seharusnya segera memulai RJP. Namun ada beberapa keadaan seperti berikut yang mendasari RJP tidak perlu dimulai:
o   Ada bukti permintaan keluarga
o   Usaha RJP akan membahayakan orang yang menolong
o   Kemungkinan RJP dapat mengembalikan sirkulasi spontan sangat kecil
o   Henti jantung yang terjadi pada suatu penyakit terminal yang telah diterapi secara maksimal
·         Keadaan henti jantung yang tidak disaksikan
Penolong tidak mengetahui berapa lama terjadinya henti jantung itu sudah berlangsung. Untuk hal seperti ini kita tidak perlu melakukan RJP kalau mendapati keadaan sebagai berikut:
o   Ada tanda kematian yang tidak berubah seperti rigor mortis atau lebam mayat
o   Sudah mulai ada tanda- tanda pembusukan
o   Penderita mengalami trauma yang tidak bisa diselamatkan, seperti hangus terbakar, dekapitasi atau hemikorporektomi.
Kapan Menghentikan RJP
Ada beberapa alasan alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain:
·         Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut yang optimal yang termasuk:RJP, defibrilasi pada pasien dengan VF/VT tanpa nadi, vasopresin atau epinefrin inravena, membuka jalan napas, ventilasi dan oksigenasi yang menggunakan bantuan jalan napas tingkat lanjut dan semua pengobatan irama yang sesuai sudah dilakukan.
·         Penolong sudah mempertimbangkan apakah pada pasien terdapat hipotermia. Penolong sudah menetapkan ada atau tidaknya hipotermia dengan mengukur suhu tubuh.
·         Penolong sudah mempertimbangkan apakah pasien terpapar bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat sistem syaraf pusat.
·         Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap selama 10 menit atau lebih.
·         Interval waktu usaha resusitasi pada henti jantung disaksikan yang tidak berhasil mengembalikan sirkulasi spontan adalah 25 sampai 30 menit.
Implementasi penghentian usaha resusitasi:
·         Asistol yang menetap lebih dari 10 menit adalah batas waktu mengakhiri intervensi BCLS
·         Waktu yang direkomendasikan sebagai interval waktu maksimum untuk melakukan usaha resusitasi pada henti jantung yang disaksikan yang gagal mengembalikan sirkulasi spontan adalah 25 sampai 40 menit dari awal dimulainya resusitasi.
·         Penilaian klinis selalu menjadi patokan. Pada saat kejadian,pembuat keputusan klinis boleh melanjutkn resusitasi, mencoba lebih lama atau lebih singkat dari 25 sampai 30 menit.
·         Secara etik, penolong RJP selalu mnerima keputusan klinis yang layak untuk memperpanjang usaha pertolongan (misalnya oleh karena konnsekuensi psikologis dan emosional). Juga menerima alasan klinis untuk mengakhiri resusitasi dengan segera (misalnya oleh karena kecil kemungkinan dapat hidup atau trauma mutilasi)
·         Bertambahnya waktu setiap menit berhubungan dengan menurunnya kemungkinan keberhasilan resusitasi. Perkiraan kemungkinan kberhasilan resusitasi dan pulang kerumah,mulai dari 60 sampai 90% dan menurun sacara jelas 3 sampai 10 % setiap menitnya.
Tindakan RJP pada asistol bisa lebih lama pada:
·         Usia muda
·         Asistol menetap kerana toksin atau golongan elektrolit
·         Ada hipotermia
·         Overdosis obat
·         Usaha bunuh diri
·         Permintaan keluarga
·         Korban tenggelam di air dingin
MENGENAL IRAMA HENTI JANTUNG PADA EKG
FIBRILASI VENTRIKEL
Patofisiologi
Dapat terjadi pada ventrikel yang memiliki beberapa daerah miokard normal yang diselingi oleh daerah miokard miokard yang iskemik,cedera, atau infark, yang dapat menyebabkan terjadinya pola depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yang tidak sinkron dan kacau. Tanpa adanya depolarisasi ventrikel yang teratur, ventrikel tidak dapatberkontraksi sebagai satu kesatuan dan tidak menghasilkan curah jantung (cardiac output). Jantung hanya beretar dan tidak memompa darah.
Kriteria  Penentu  berdasarkan EKG
·         Nilai/kompleks QRS: tidak dapat ditentukan; tidak ada gelombang P, QRS atau T yang dapat dikenali. Gelombang pada garis dasar terjadi antara 150 dan 500 permenit.
·         Irama: tidak dapat ditentukan; pola naik (puncak) dan turun (palung) yang tajam.
·         Amplitudo: diukur dari puncak ke palung; biasa digunakan secara subyektif untuk menggambarkan VF sebagai halus (puncak ke palung 2 sampai <5mm), medium atau sedang (5 sampai <10mm), kasar (10 sampai <15mm) atau sangat kasar(>15mm)
Manifestasi Klinis
·         Denyut nadi menghilang dengan dimulainya VF. Denyut dapat menghilang sebelum dimulaiya VF bila suatu pertanda lazim bagi   VF(VT yang cepat) terjadi sebelum VF.
·         Jatuh pingsan, tidak dapat memberi respons
·         Megap-megap, sangat sulit bernapas, lalu berhenti bernapas
·         Mulai terjadi kematian yang tidak dapat balik/ irreversibel
Etiologi
·         Sindroma koroner akut yang menimbulkan daerah iskemik pada miokard
·         VT stabil hingga tidak sabil, tidak diobati
·         Beberapa obat, imbalance elektrolit atau ketidaknormalan asam basa yang memperpanjang periode refrakter relatif
·         Perpanjangan QT primer atau sekunder
·         Kematian karena listrik, hipoksia,dll.
Pulseless Electrical Activity /PEA (aktivitas listrik tanpa denyut)
Patofisiologi
Suatu keadaan klinis tidak ada nadi sedangkan impuls konduksi jantung masih ada dan dalam pola yang saharusnya dapat menghasilkan nadi. Disebabkan aktivitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraksi miokard atau pengisian ventrikel yang tidak memadai saat diastol atau kontraksi yang tidak efektif. Ventrikel masih berkontraksi namun tidak cukup kuat menimbulkan pulsasi sampai ke pembuluh darah.
Kriteria Penentu berdasarkan EKG
·         Irama menunjukkan aktivitas listrik/depolarisasi ventrikel (tapi bukan VF/VT tanpa dneyut)
·         Umumnya tidak seteratur irama sinus normal
·         Dapat sempit(QRS <0,10 mm) atauu lebar (QRS > 0,12 detik) cepat (> 100 per menit) atau lambat (60 permenit)
·         Dapat lambat (etiologi non jantung) atau lebar (seringkali etiologi jantung) dan dapat lambat (etiologi jantung) atau cepat (seringkali etiologi non jantung)
Manifestasi Klinis
·         Jatuh pingsan, tidak dapat memberi respon
·         Megap-megap, sangat sulit bernapas,lalu henti napas
·         Tidak ada denyut yang dapat dideteksi melalui palpasi (adanya tekanan darah yang sangat rendah masih mungkin terjadi pada kasus yang disebut pseudo –PEA)
Etiologi
·         Hipovolemia
·         Hipoksia
·         Hydrogen ion (asidosis)
·         Hipo/hiperkalemia
·         Hipoglikemia
·         Hipotermia
·         Toksin (“tablet”, contohnya overdosis obat,salah cerna)
·         Tamponade jantung
·         Tension pneumotorax
·         Trombosis (koroner SKA) atau paru (emboli paru)
·         Trauma
ASISTOL
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Secara klasik asistol ditampilkan sebagai suatu “garis datar”; secara virtual tidak ada kriteria penentu.
Kecepatan: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤6 kompleks permenit; apa yang dinamakan “asistol gelombang P” erjadi dengan hanya terdapat impuls atrium (gelombang P).
·         Irama :tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤6 kompleks QRS permenit
·         PR: tidak dapat ditetapkan; terkadang terlihat adanya gelombang P, tetapi berdasarkan definisinya gelombang R harus tidak tampak.
·         Kompleks QRS: tidak terlihat defleksi yang konsisten dengan suatu kompleks QRS
Manifestasi Klinis
·         Dapat mengalami megap-megap, sangat sulit bernapas (pada saat awal) lalu henti napas, tidak dapat memberikan respons
·         Tidak adanya denyut atau tekanan darah
·         Henti jantung
Etiologi yang lazim
·         Akhir dari kehidupan
·         Iskemia/hipoksia dari banyak penyebab
·         Gagal napas akut (tidak ada oksigen,apnea, asfiksia)
·         Kejut listrik tingkat tinggi
·         Dapat menunjukkan “pingsan jantung” segera setelah defibrilasi sebelum dimulainya irama spontan
MENGENAL IRAMA NON HENTI JANTUNG PADA EKG
1.       TAKIARITMIA SUPRAVENTRIKEL
a)       Takikardia Sinus
Patofisiologi
·         Tidak ada. Takikardia sinus lebih merupakan tanda fisik daripada suatu aritmia atau kondisi patologis.
·         Pembentukan dan konduksi impuls normal
Kriteria penentu dan ciri- ciri EKG
·         Kecepatan: >100 permenit
·         Irama : sinus
·         PR: biasanya <0.20 detik
·         P untuk setiap kompleks QRS
·         Kompleks QRS: normal
Manifstasi Klinis
·         Tidak ada yang spesifik untuk takikardia
·         Gejala dapat timbul akibat penyebab takikardia (demam,  hipovolemia)
Etiologi yang lazim
·         Aktivitas fisik
·         Demam
·         Hipovolemia
·         Stimulasi adrenergik, ansietas
·         Hipertiroidisme
b)       Fibrilasi Atrium dan Flutter Atrium
Patofisiologi
·         Impuls atrium lebih cepat dari impuls nodus SA
·         Fibrilasi atrium: impuls mengambil jalur yang beraneka ragam, kacau dan acak melalui atrium
·         Flutter atrium: impuls mengambil jalur melingkar mengelilingi atrium, sehingga menimbulkan gelombang flutter
Kriteria penentu dan ciri –ciri EKG
Fibrilasi Atrium
Kunci Fibrilasi Atrium: suatu aksioma klinis yang klasik “irama yang sangat tidak teratur, secara tidak reguler, dengan variasi pada interval dan amplitudo dari gelombang R adalah fibrilasi atrium”. Keadaan ini juga dapat diamati pada takikardia atrium multifokal (multifokal atrial tachycardia /MAT).
Kecepatan
·         Kecepatan respons ventrikel terhadap impuls dari atrium memiliki rentang yang luas
·         Dapat cepat, normal atau lambat bila konduksi nodus AV tidak normal (misalnya ‘sindroma sinus sakit”)
Irama :tidak teratur
Gelombang P
·         Hanya ada gelombang fibrilasi atrium yang kacau
·         Membuat garis dasar yang berubah-ubah
Flutter Atrium
Kunci Flutter atrium: gelombang flutter dalam pola “gigi gergaji’ yang klasik
Kecepatan
·         Kecepatan atrium 220 hingga 350 permenit
·         Respons ventrikel merupakan suatu fungsi blok nodus AV atau konduksi impuls atrium.
·         Respons ventrikel jarang >150 sampai 180 denyutan karena dibatasi oleh konduksi nodus AV
Irama
·         Reguler (tidak seperti fiblrilasi atrium)
·         Irama ventrikel seringkali reguler
·         Menetapkan rasio terhadap irama atrium, misalnya 2- terhadap -1 atau 4-terhadap-1
Gelombang P
·         Tidak terlihat adanya gelombang P yang sejati
·         Gelombang flutter dalam pola “gigi gergaji” adalah hal klasik
PR : tidak dapat diukur
QRS: tetap ≤0.10 hingga 0.12 detik kecuali bila kompleks QRS dibelokkan oleh fibrilasi atau flutter atau oleh kerusakan konduksi melalui ventrikel
Menifestasi Klinis
·         Tanda –tanda dan gejala tergantung respons kecepatan ventrikel terhadap gelombang fibrilasi atrium “fibrilasi atrium dengan respons ventrikel yang cepat” dapat ditandai dengan terjadinya dispnea saat aktivitas (dyspnea on exertion/DOE), sesak napas (shortness of breath/SOB) dan terkadang edema  paru akut.
·         Hilangnya kontraksi atium (atrial kick) dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan berkurangnya perfusi koroner
·         Irama yang tidak teratur sering dirasakan sebagai “palpitasi”
·         Dapat tidak menampakkan gejala sama sekali
Etiologi yang lazim
·         SKA, penyakit pembuluh darah  koroner, gagal jantung kongestif
·         Penyakit pada katup mitral atau trikuspid
·         Hipoksia, emboli paru akut
·         Disebabkan oleh obat: digoksin atau kuinidin; agonisß; teofilin
·         Hipertensi
·         hipertiroidisme

2.       TAKIARITMIA VENTRIKEL
VT MONOMORFIK
Patofisiologi
·         Konduksi impuls ventrikel melambat di sekitar daerah yang mengalami cedera, infark atau iskemia ventrikel
·         Daerah ini juga berfungsi sebagai sumber impuls ektopik (irritable foci)
·         Daerah yang cedera ini dapat menyebabkan impls mengambil jalur melingkar sehingga menyebabkan terjadinya fenomena reentry dan depolarisasi repetitif yang cepat.
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Kunci : morfologi atau bentuk yng sama, terlihat dalam setiap kompleks QRS
Catatan : 3 atau lebih PVC berturut-turut mengindikasikan VT
·         Durasi VT < 30 detik adalah VT yang tidak berkepanjangan (non-sustained VT)
·         Durasi VT > 30 detik adalah VT yang berkepanjangan (sustained VT)
Ø  Kecepatan : kecepatan ventrikel >100 permenit, khususnya 120 hingga 250 permenit
Ø  Irama : irama ventrikel regular
Ø  PR : tidak ada (pada VT terdapat disosiasi atrioventrikular /AV)
Ø  Gelombang P : jarang terlihat namun ada, VT merupakan suatu bentuk disosiasi AV. Pada takikardi kompleks QRS lebar, disosiasi AV merupakan suatu karakteristik penentu yang membedakan VT dengan takikardia supraventrikular aberen (terdapat penyimpngan konduksi intraventrikel sehingga timbul kompleks QRS lebar)
Ø  Kompleks QRs : lebar dan aneh, kompleks “seperti PVC >0.12 detik, dengan gelombang T yang besar dan memiliki polaritas yang berlawanan dengan QRS.
Ø  Fusion beat. Kadang tertangkap akibat gelombang P yang terkonduksi. Menghasilkan kompleks ‘hibrida” QRS, sebagian normal sebagian ventrikular.
Ø  VT yang tidak berkepanjangan berlangsung selama <30 detik dan tidak membutuhkan intervensi.
Menifestasi Klinis
·         Secara khas terjadi gejala penurunan curah jantung (ortostatis, hipotensi, sinkop, keterbatasan aktivitas)
·         VT monomorfik dapat bersifat asimtomatis walaupun pada umumnya VT yang berkepankangan selalu menunjukkan gejala
·         VT yang tidak ditangani dan berkepanjangan akan memburuk menjadi VT yang tidak stabil, seringkali menjadi VF

Etiologi yang lazim
·         Suatu kejadian iskemik akut dengan daerah- daerah “irritabilitas ventrikel” yang menyebabkan terjadinya PVC
·         PVC yang terjadi selama periode refrakter relatif dari siklus jantung (fenomena R pada T)
·         Interval QT memanjang yang disebabkan oleh obat (antidepresan trisiklik, prokainamid, digoksin, beberapa antihistamin yang bekerja dalam jangka panjang
VT POLIMORFIK
Patofisiologi
·         Konduksi impuls melambat di sekitar daerh yang mengalami cedera, infark atau iskemia ventrikel
·         Daerah ini juga berfungsi sebagai sumber impuls ektopik; sumber impuls ektopik terjadi di beberapa daerah pada ventrikel dan oleh sebab itu disebut “polimorfis”.
·         Daerah yang cedera ini dapat menyebabkan impuls mengambil jalur melingkar, menyebabkan terjadinya fenomena reentry dan depolarisasi repetitif yang cepat
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Kunci: veriasi dan ketidak konsistenan pada kompleks QRS
·         Kecepatan: kecepatan ventrikel >100 permenit; khususnya 120 hingga 250 permenit
·         Irama : hanya irama ventrikel
·         PR tidak ada’
·         Gelombang P: jarang terlihat tetapi ada, VT merupakan suatu bentuk disosiasi AV
·         Kompleks QRS : variasi dan ketidakkonsistenan yang dapat dilihat pada kompleks QRS
Manifestasi Klinis
·         Secara khas akan cepat memburuk manjadi VT tanpa denyut atau VF
·         Terjadi gejala penurunan curah jantung
·         Jarang terjadi VT yang berkepanjangan
Etiologi yang lazim
·         Kejadian iskemik akut dengan daerah- daerah “iritabilitas ventrikel”
·         PVC yang terjadi selama periode refrakter relatif silkus jantung
·         Interval QT memanjang yang disebabkan oleh obat
·         Sindroma interval QT
TORSAIDES DE POINTES
Patofisiologi
·         Interval QT panjang secara abnormal
·         Menyebabkan peningkatan periode refrakter relatif (periode yang rentan/ vulnerable period) dari siklus jantung. Hal ini menyebabkan probabilitas terjadinya irritable focus PVC pada gelombang T
·         Fenomena R pada T seringkali menyebabkan VT
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Kunci: kompleks QRS menunjukkan suatu pola ‘kumparan nodus”, dimana amplitudoo VT meningkat dan kemudian menurun dalam suatu pola yang reguler (membentuk kumparan). Pembelokan awal pada permulaan suatu polaritas kumparan akan diikuti kompleks yang berlawanan atau pembelokan pada permulaan kumparan berikutnya.
·         Kecepata atrium: tidak dapat ditentukan
·         Kecepatan ventrikel;: 150-250 kompleks/menit
·         Irama : hanya irama ventrikel regular
·         PR tidak ada
·         Gelombang P tidak ada
·         Kompleks QRS menunjukkan pola kumparan nodus yang klasik
Manifestasi Klinis
·         Cenderung memburuk secara tiba- tiba menjadi VT tanpa nadi atau VF
·         Gejala yang khas dari pnurunan curah jantung
·         Torsaides yang “stabil”, torsaides yang erepanjangan tidak uum terjadi
·         Diatasi dengan kejut energi tinggi yang tidak disinkronisasi (defibrilasi)
Etiologi yang lazim
Paling banyak terjadi pada pasien dengan interval QT yang diperpanjang
3.       BRADIKARDIA SINUS
Patofisiologi
·         Impuls berasal dari nodus SA, frekueansi rendah
·         Dapat bersifat fisiologis
·         Dapat berupa suatu tanda fisik,seperti pada takikardia sinus
Kriteria penentu berdasarkan EKG
·         Kunci: gelmbang P reguler diikuti oleh kompleks QRS reguler, dengan kecepatan <60 permenit
·         Kecepatan <60 permenit
·         Irama sinus reuler
·         PR reguler <0.20 detik
·         Gelombang P: ukuran dan bentuk normal, setiap gelombang P diikuti oleh suatu kompleks QRS ,setiap kompleks QRS didahului oleh suatu gelombang P
·         Kompleks QRS sempit;≤ 0,10 detik ketika tidak ada kerusakan konduksi intraventrikel
Manifestasi Klinis
·         Uumnya tidak menunjukkan gejala pada saat istirahat
·         Dengan peningkatan aktivitas dan disfungsi nodus sinus, kecepatan rendah yang berlangsung terus menerus dapat menyebaban timulnya gejala berupa mudah lelah, nafas tersengal-sengal,pening atau pusing, sinkop, hipotensi.
Etiologi yang lazim
·         Dapat normal pada orang dengan kondisi yang baik
·         Kejadian vasovagal seperti muntah, maneuver valsava, stimuli rectal, tekanan yang kurang hati-hati pada sinus carotid
·         SSKA yang mempengaruhi sirkulasi ke nodus SA (pembuluh darah koroner kanan); paling sering mempengaruhi pada SKA inferior
·         Efek samping obat ,contohnya pegahambatß, penghambat kanal kalsium, digoksin, kuinidin


...Read More..