Minggu, 16 Oktober 2011

Obat Anti Aritmia

Aritmia merupakan abnormalitas listrik pada jantung yang dapat enyebabkan kematian mendadak pada pasien dengan penyakit PJK Pemberian terapi tidak hanya dengan membaca/membuat interpretasi EKG saja tetapi harus menilai keadaan klinis pasien secara menyeluruh. Ketidakakuratan terapi dapat terjad jika pelaku BHJL melakukan diagnosis berdasarkan ritme jantung saja dan tidak melakukan evaluasi gejala klinis pasien, seperti ventilasi, oksigenasi, detak jantung, TD, ambang batas kesadaran, Tanda-tanda lain. Keadaan asam basa (BGA) dibutuhkan juga untuk melengkapi data klinis pasien. 1. ADENOSIN Indikasi Obat utama pada takikardia dengan QRS sempit, PSVT (paroxymal Supraventrikular Tachycardia). Efektif untuk menghentikan proses masuk kembali yang terjadi pada nodus AV dan Nodus SA. Obat ini tidak mempunyai efek untuk menghentikan fibrilasi atrial, flutter atrial atau takikardia ventrikel. Efek samping dan perhatian khusus • Flushing, periode asistol atau brakikardia, ventrikular ektopi • Kurang efektif pada pasien yang mengonsumsi teofilin, jangan berikan pada pasien yang mendapat dipiridamole • Jika diberikan pada takikardia dengan QRS lebar (VT) karena dapat menyebabkan perburukan termasuk hipotensi • Periode transien sinus brakikardia dan ventrikel ektopik bisa terjadi setelah terminasi SVT Kontraindikasi • Blok AV derajat 2 atau 3 • Takikardia yang disebabkan karena obat Dosis • Letakkan pasien pada posisi trendelenberg sebelum pemberian obat • Bolus 6 mg IV cepat dalam waktu 1-3 detik diikuti bolus saline normal 20 ml, kemudian lengan diangkat • Ulangi pemberian 12 ml IV dalam 1-2 menit jika diperlukan, dapat diulangi lagi • Adenosin 12 mg IV dapat diberikan dengan jarak 1-2 menit setelah pemberian dosis kedua 2. AMIODARON Indikasi Digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial dan takiaritmia ventrikular. Selain itu untuk mengontrol kecepatan nadi pada aritmia atrial dan pada pasien dengan funsi ventrikel kiri yang menurun jika pemberian digoksin sudah tidak efektif. Pemberian direkomendasikan pada keadaan berikut: • Pengobatan VF yang refrakter atau VT tanpa nadi • Pengobatan VT yang polimorfik dan takikardi dengan QRS lebar yang tidak jelas sumbernya • Sebagai obat pndukung pada kardioversi elektrik kasus SVT dan PVST • Takikardi atrial multifokal dengan fungsi ventrikel kiri yang baik • Mengontrol kecepatan nadi fibrilasi atrial Efek samping dan perhatian khusus • Vasodilatasi dan hipotensi • Memiliki efek inotropik negatif • Memiliki efek memperpanjang interval QT Dosis • Pada henti jantung 300 mg IV cepat (dalam panduan AHA th 2000, dianjurkan untuk diencerkan dengan 20-30 ml dekstrose 5%). Pertimbankan pemberian berikutnya sebanyak 150 mg IV dalam 3-5 menit. Dosis kumulatif maksimum 2,2 gram IV/24 jam. • Pada kompleks QRS lebar yang stabil, maksimum pemberian 2,2 gramIV/24 jam. Cara pemberian dengan bolus 150 mcg IV dalam 5-10 menit dapat diulang 150 mg IV setiap 10 menit jika diperlukan. Dilanjutkan dosis 360 mg IV selama 6 jam (1mg/menit). Dosis pemeliharaan 540 mg IV dalam 18 jam (0,5 mg/menit). Jangan diberikan secara bersamaan dengan procainamide. 3. SULFAS ATROPIN Indikasi • Obat utama pada sinus brakikardia (kelas 1). Mungkin memiliki efek pada AV blok pada level nodal (kelas 2A) atau pada asistol ventrikular. Tidak efektif pada tingkat blok infranodal (mobitz tipe 2) (kelas 2 B) • Obat pilihan kedua setelah epinefrin atau vasopressin untuk asistol , brakikardi, dan Pulseless electrical activity (kelas 2 B) Efek samping dan perhatian khusus • Hati –hati pemberian pada hipoksia dan iskemia karena iskemia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard • Hindari pada bradikardia hipotermi • Tidak efektif untuk infra nodal AV blok ,dan AV blok tipe 3 dengan QRS kompleks yang lebar Cera pemberian Pada asistol atau Pulseless electrical activity 1mg IV cepat, diulangi setiap 3-5 menit. Jika asistol menetap dapat diulangi dampai mencapai dosis maksimum 0,03-0,04 mg/kgBB Pada brakikardia diberikan 0,5-1 mg IV setiap 3-5 menit sesuai kebutuhan tidak melebihi 0,04 mg/kg BB. Penggunaan dengan interval jangka pendek (3 menit) dan dosis yang lebih tinggi (0,04mg/kg BB) deberikan pada kondisi klinis yang berat. Pemberian melalui trakea dengan dosis 2-3 X dosis IV diencerkan dalam 10 ml saline normal. 4. VERAPAMIL Indikasi • Obat pliha alternatif setelah adenosine untuk menghentikan PSVT (paroxysmal supraventrikular tachycardia) dengan QRS sempit dan tekanan darah yang adekuat dan fungsi ventrikel kiri yang baik • Mengontrol respons ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial, flutter atrial atau multifokal atrial takikardia. Kontraindikasi dan efek samping • Jangan digunakan pada takikardia dengan QRS kompleks yang lebar yang tidak diketahui sumbernya • Jangan diberikan pada WPW dan fibrilasi atrial, sick sinus syndrome, atau AV blok dearjat 2 dan 3 • Dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan hipotensi Cara pemberian • 2,,5 – 5 mg IV bolus selama lebih dari 2 menit. Dosis berikutnya 5-10 mg IV jika diperlukan dengan interval waktu 15-30 menit dari pemberian dosis pertama. Dosis meksimum 20mg IV • Alternatif : 5 mg bolus tiap 15 menit dengan total dosis 30 mg. Pada usia lanjut obat diberikan selama lebih dari 3 menit. 5. DILTIAZEM Untuk mengontrol kecepatan nadi pada fibrilasi atrial dan flutter atrial. Dapat menghentikan re-entrant arrhytmia pada tingkat AV nodal. Digunakan setelah pemberian adenosin untuk mengibati PSVT pada pasien dengan QRS kompleks yang sempit dan tekanan darah yang adekuat. Efek samping • Jangan gunakan penghambat kanal kalsium pada QRS kompleks lebar dengan sumber yang tidak jelas atau obat-obatan yang memicu takikardia • Cegah pemberian penghambat kanal kalsium pada pasien dengan sindrom wolf-parkinson-white dengan fibrilasi atrial atau flutter atrial, sick sinus syndrome atau pasien dengan blok AV • Perhatian bahwa tekanan darah dapat menurun akibat vasodilatasi perifer Cara pemberian Untuk mengontrol denyut nadi, berikan 15-20 (0,25 mg/kg) IV selama lebih dari 2 menit. Dapat diulangi 15 menit kemudian dengan dosis 20-25 mg(0,35 mg/kg) selama lebih dari 2 menit. Dosis pemeliharaan 5-15 mg/jam, dititrasi sesuai dengan denyut nadi. Dapat deiencerkan dengan dekstrose 5% atau normal saline. 6. LIDOKAIN Indikasi Diberikan pada henti jantung dengan irama VF/VT tanpa nadi. Bisa juga diberikan pada VT stabil, dengan kompleks QRS lebar dengan tipe yang tidak jelas. Dapat diberikan melalui selang endotrakeal. Efek samping • Jika pemberian berlebihan dapat menimbulkan tanda- tanda toksisitas • Dosis dikurangi pada pasien dengan fungsi hati yang menurun, maupun fungsi ventrikel kiri yang menurun • Pemberian pencegahan pada IMA tidak dianjurkan Cara pemberian • Dosis awal 1-15 mg/kg BB IV bolus • Untuk VF refrakter :0,5 – 0,75 mg/kg IV diulangi 5-10 menit kemudian, dengan dosis maksimum 3 ml?kg BB • Dosis tunggal 1,5 mg/kg BB IV pada henti jantung • Pemberian melalui trakea 2-4 mg/kg BB Pada aritmia VT stabil , QRS kompleks lebar dengan tipe yang tidak jelas, ektopi yang signifikan, dosisnya adalah 0,5 – 0,075 mg/kg BB IV sampai 1-1,5 mg/kg BB IV diulangi setiap 5 – 10 menit dengan total dosis 3 mg/kg. Dosis pemeliharaan 1-4 mg/menit IV (30-50 ug/kg BB per menit) diencerkan dalam D5W D10W atau normal saline 7. MAGNESIUM SULFAT Indikasi • Dianjurkan pada henti jantung hanya jika terjadi Torsaides de Pointes atau hipomagnesemia • VF refrakter (setelah pemberian lidokain) • Torsaides de Pointes dengan nadi • Mengobati ventrikel aritmia yang disebabkan intoksikasi digitalis • Pemberian profilaksis pada IMA tidak dianjurkan Kontraindikasi Seringkali terjadi penurunan TD pada waktu diberikan secara tepat Hati – hati pemberian pada orang yang terkena gagal jantung Dosis • Pada henti jantung (jika terjadi hipomagnesemia) atau Torsaides de pointes • Torsaides de pointes (tanpa henti jantung) : bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,5-1g perhari IV • IMA jika ada indikasi : bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,5-1g perhari IV ...Read More..

Sabtu, 15 Oktober 2011

Vulnussss........

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2000:396)Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan 2. Klasifikasi Luka Luka dibedakan berdasarkan : 1) Berdasarkan penyebab a) Ekskoriasi atau luka lecet b) Vulnus scisum atau luka sayat c) Vulnus laseratum atau luka robek d) Vulnus punctum atau luka tusuk e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang f) Vulnus combotio atau luka bakar 2) Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan a) Ekskoriasi b) Skin avulsion c) Skin loss 3) Berdasarkan derajat kontaminasi a) Luka bersih a) Luka sayat elektif b) Steril, potensial terinfeksi c) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius, traktus genitourinarius. b) Luka bersih tercemar a) Luka sayat elektif b) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal c) Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius d) Proses penyembuhan lebih lama c) Luka tercemar a) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus genito urinarius, urine b) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi. d) Luka kotor a) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi b) Perforasi visera, abses, trauma lama. 3. Tipe Penyembuhan luka Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang. 1) Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan. 2) Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. 3) Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:4). 4. Fase Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan. 1) Fase Inflamasi Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan. 2) Fase Proliferasi Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi. 3) Fase Maturasi Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1). 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13). 1) Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis). 2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13). 6. Komplikasi Penyembuhan Luka Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka (InETNA,2004:6). 7. Penatalaksanaan/Perawatan Luka Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: 1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit). 2) Halogen dan senyawanya a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap. c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok. d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung. 3) Oksidansia a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator. b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob. 4) Logam berat dan garamnya a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts) 5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%). 6) Derivat fenol a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar. b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan. 2) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2000:390). Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18). c. Pembersihan Luka Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu : 3) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing. 4) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. 5) Berikan antiseptik 6) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal 7) Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400) d. Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam. e. Penutupan Luka Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. f. Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom. g. Pemberian Antibiotik Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. h. Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).. Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan No Lokasi Waktu 1 Kelopak mata 3 hari 2 Pipi 3-5 hari 3 Hidung, dahi, leher 5 hari 4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari 5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari 6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari Sumber. Walton, 1990:44 ...Read More..

Selasa, 04 Oktober 2011

sekilas tentang desinfeksi dan antiseptik...

disini akan dijelaskan berbagai macam kegunaan, perbedaan serta keuntungan dan kerugian dari desinfeksi antiseptikDESINFEKSI DAN ANTISEPTIK • Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. • Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. • Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (Signaterdadie, 2009) ANTISEPTIK • Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya digunakan : 1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau ”methylated spirit”). 2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane). 3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon). 4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur). 5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne). 6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol). 7. Triklosan 0,2-2% . (Syaifudin, 2005). • Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan (misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh staf dan yang terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996). Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik, cukup dan tidak) (Syaifudin, 2005). AKTIVITAS MELAWAN BAKTERI (AKTIVITAS MIKROBIOLOGIS) 1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)  Gram-positif: Sangat Baik  Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik  TB: Sangat Baik  Virus: Sangat Baik  Jamur: Sangat Baik  Endospora: Nihil  Tindakan kecepatan relatif: Cepat 2. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).  Gram-positif: Sangat Baik  Gram-negatif terbanyak: Baik  TB: Sedang  Virus: Sangat Baik  Jamur: Sedang  Endospora: Nihil  Tindakan kecepatan relatif: Sedikit 3. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)  Gram-positif: Sangat Baik  Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik  TB: Sangat Baik  Virus: Sangat Baik  Jamur: Baik  Endospora: Sedang  Tindakan kecepatan relatif: Ditandai 4. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)  Gram-positif: Sangat Baik  Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik  TB: Sedang  Virus: Baik  Jamur: Baik  Endospora: Nihil  Tindakan kecepatan relatif: Sedang 5. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)  Gram-positif: Baik  Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik  TB: Sedang  Virus: Baik  Jamur: Tidak diketahui  Endospora: Tidak diketahui  Tindakan kecepatan relatif: Lambat 6. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)  Gram-positif: Sangat Baik  Gram-negatif terbanyak: Baik  TB: Sedang  Virus: Sangat Baik  Jamur: Nihil  Endospora: Tidak diketahui  Tindakan kecepatan relatif: Minim KEGUNAAN POTENSIAL 1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)  Terinfeksi bahan organik: Cukup  Basuh operasi: Ya  Persiapan kulit : Ya  Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Tidak baik untuk pembersihan kulit, tidak tertahan lama. 2. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).  Terinfeksi bahan organik: Sedikit  Basuh operasi: Ya  Persiapan kulit : Ya  Keterangan: Punya daya tahan yang bagus beracun untuk mata dan telinga. 3. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)  Terinfeksi bahan organik: Ditandai  Basuh operasi: Tidak  Persiapan kulit : Ya  Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Bisa membakar kulit, hilang setelah beberapa menit. 4. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)  Terinfeksi bahan organik: Cukup  Basuh operasi: Ya  Persiapan kulit : Ya  Keterangan: Bisa digunakan pada selaput lendir. 5. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)  Terinfeksi bahan organik: Minim  Basuh operasi: Tidak  Persiapan kulit : Ya  Keterangan: Menembus pada kulit, jangan digunakan pada bayi baru lahir. 6. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)  Terinfeksi bahan organik: Minim  Basuh operasi: Ya  Persiapan kulit : Tidak  Keterangan: Penerimaan pada tangan bervariasi. Sumber data : Diadaptasi dari Boyce dan Pittet 2002, Olmted 1996. Keuntungan dan kerugian antiseptik, sebagai berikut : a. Alkohol • Etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah diperoleh serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit. Juga efektif terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir (misalnya di vagina), karena alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput lendir dan kemudian merangsang pertumbuhan mikroorganisme. • Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada kulit kurang, etil alkohol lebih sering digunakan pada kulit. 1. Keuntungan : 1. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus. 2. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam. 3. Relatif murah dan tersedia di mana-mana. 2. Kerugian : 1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit. 2. Mudah pengeringan kulit. 3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik. 4. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik. 5. Merusak karet atau lateks. 6. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. (Syaifudin, 2005) b. Klorheksidin Glukonat (CHG) • Klorheksidin glukonat adalah antiseptik yang sangat baik. Ia tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian dan aman bahkan untuk bayi dan anak. Karena klorheksidin glukonat diinaktivasi oleh sabun, aktivitas residualnya bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi 2-4% merupakan yang dianjurkan. Formulasi baru 2% dalam air dan 1% klorheksidin tanpa air, dicampur alkohol juga efektif. 1. Keuntungan : 1. Antimikrobial spektrum luas. 2. Secara kimiawi aktif paling sedikit 6 jam. 3. Perlindungan kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan penggunaan ulang. 4. Pengaruh material organik minimal. 5. Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol. 2. Kerugian : 1. Mahal dan tidak selalu tersedia. 2. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan. 3. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur. 4. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi. 5. Hindari kontak dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitas. (Syaifudin, 2005) c. Larutan Yodium dan Iodofor • Larutan yodium 3% sangat efektif dan tersedia dalam bentuk cair (lugol) dan tinktur (yodium dalam alkohol 70%). Iodofor 7,5-10% adalah larutan yodium dicampur dengan polivinil pirolidon (providon) yang mengeluarkan yodium jumlah kecil. PVI adalah iodofor yang umum dan tersedia di mana-mana. • Sejumlah yodium “bebas” menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. Ia membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur. Namun, ia memerlukan waktu 2 menit untuk mengeluarkan yodium bebas yang merupakan bahan kimiawi aktif. Sejak mengeluarkan yodium bebas, ia mempunyai efek membunuh yang cepat. Akhirnya, iodofor umumnya nontaksik dan non-iritaif pada kulit dan selaput lendir, kecuali jika pasiennya alergi terhadap yodium. 1. Keuntungan 1. Efek antimokrobial spektrum luas. 2. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana. 3. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal. 4. Larutan 3% tidak menodai kulit. 2. Kerugian : 1. Efek antimikrobial lambat atau perlahan. 2. Iodofor mempunyai efek residual yang kecil. 3. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak. 4. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol). 5. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989). 6. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi. (Syaifudin, 2005) d.Kloroheksilenol • Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor (Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan. 1. Keuntungan : 1. Aktivitas bersepektrum luas. 2. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik. 3. Efek residu tahan sampai beberapa jam. 4. Minimal efek oleh bahan organik. 2.Kerugian : 1. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit berkurang. 2. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan potensial meracuni. (Syaifudin, 2005) e. Triklosan • Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain, resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini. 1. Keuntungan : 1. Aktivitas berspektrum luas. 2. Persistensi sangat bagus. 3. Sedikit efeknya oleh bahan organik. 2. Kerugian : 1. Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain. 2. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). (Syaifudin, 2005) EFEKTIFITAS DISINFEKTAN a. Alkohol 1. Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit, virus hepatitis dan HIV. 3. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi. 2. Tidak efektif 1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit. 2. Mudah pengeringan kulit. 3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik. 4. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. b.Savlon (klorheksidin glukonat) 1.Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 20-30 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Klorheksidin glukonat tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian. 3. Aman untuk bayi dan anak. 2. Tidak efektif 1. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan. 2. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur. 3. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi. e). Betadine (yodium dan iodofor) 1. Efektif 1. Kecepatan membunuh bakteri 10-20 menit (Imbang Dwi, 2009). 2. Sejumlah yodium “bebas” menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). 3. Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. 4. Membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur. 2. Tidak efektif 1. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989). 2. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi. • Maka perpaduan antiseptik antara alkohol-betadine dengan savlon-betadine lebih efektif alkohol-betadine karena kedua antiseptik salvon dan betadine masih ada keterkaitan dengan alkohol, misalnya : 1. Pada keuntungan salvon: Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol. 2. Pada kerugian betadine: Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol). • Sedangkan pada segi kecepatan membunuh bakteri : a. Alkohol-Betadine • Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong cepat (alkohol) dan sedang (betadine). b.Salvon-Betadine • Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong sedang (salvon) dan sedang (betadine). • Dari segi kecepatan membunuh bakteri dapat disimpulkan bahwa antiseptik alkohol-betadine lebih cepat daripada salvon-betadine. Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.[2] pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.[2] Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.[2] Klorin Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat .[2] Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.[2]Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.[2] Iodin Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.[5] Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.[2] Alkohol Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.[4] Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4 Amonium Kuartener Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya[2]. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida[2]. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)[2]. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap[2]. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu[2]. Formaldehida Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%[4]. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan[4]. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik[4]. Kalium permanganat Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air[5]. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air[5]. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae[5]. Fenol Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin[4][6]. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu[6]. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, [6] Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6] ...Read More..

drugsss......

berikut ini adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengoptimalkan curah jantung dan tekana darah,,,antara lain1. EPINEFRIN Mekanisme Kerja Epinefrin HCL merangsang reseptor α dan β adrenergik. Dominasi reseptor di pemuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang berakibat peningkatan tekanan darah. Epinefrin mengaktivasi reseptor β1 di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi. Ini merupakan dasar efek iotropik dan kronotropik positif epinefrin paa jantung. Dosis • Cardac Arrest Epinefrin HCL 1mg (10 ml dari 1:10.000) bolus IV, diberikan setiap 3-5 menit, dibilas (flush) dengan 20 ml cairan IV. Dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan: 1 mg dalam 250 ml NaCl 0,9% atau D5W, diberikan mulai 1 µg/ menit IV, dinaikkan 3-4 µg/ menit IV. • Non-Carsiac Arrest Epinefrin HCL 1 mg (2 ml dari 1:1000) dalam 500 ml NaCl 0,9% atau D5W, diberikan mulai 1 µg/ menit IV, dinaikkan 2-10 µg/ menit IV,sampai ada respon. 2. VASOPRESIN Mekanisme Kerja Secara alami terdapat sebagai hormon anti diuretik. Obat ini mempengaruhi reseptor µg/ menit IV, otot polos yang mengakibatkan di kulit, otot serat lintang, organ pencernaan, lemak, menimbulkan sedikit vasikonstriksi di arteri koroner dan arteri renalis dan mengakibatkan vasodilatasi arteri serebral. Vasopresin mempengaruhi katekolamin, sehingga konsumsi oksigen berkurang. Dosis 40 UI IV/ IO sekali pemberian sebagai alternatif terhadap epinefrin. 3. NOREPINEFRIN Mekanisme Kerja Sebagai vasokonstriktor dan inotropik. Mengakibatkan peningkatan atau penurunan curah jantung, tergantung resistensi pembuluh darah, fungsi ventrikel kiri dan respons refleks baroreseptor. Norepinefrin menimbulkan vasokonstriksi renal dan mesentrika. Dipakai pada hipotensi berat (TD sistolik <70 data-blogger-escaped-0="0" data-blogger-escaped-10-15="10-15" data-blogger-escaped-10-20="10-20" data-blogger-escaped-16="16" data-blogger-escaped-1="1" data-blogger-escaped-2-4="2-4" data-blogger-escaped-250="250" data-blogger-escaped-2="2" data-blogger-escaped-32="32" data-blogger-escaped-4.="4." data-blogger-escaped-5-10="5-10" data-blogger-escaped-5-20="5-20" data-blogger-escaped-5.="5." data-blogger-escaped-8-30="8-30" data-blogger-escaped-adrenergik="adrenergik" data-blogger-escaped-akan="akan" data-blogger-escaped-akibat="akibat" data-blogger-escaped-aktif="aktif" data-blogger-escaped-aktiv.="aktiv." data-blogger-escaped-akut.="akut." data-blogger-escaped-alkalin="alkalin" data-blogger-escaped-arteriol="arteriol" data-blogger-escaped-atau="atau" data-blogger-escaped-awal="awal" data-blogger-escaped-baroreseptor="baroreseptor" data-blogger-escaped-bekerja="bekerja" data-blogger-escaped-berat.="berat." data-blogger-escaped-berhati-hati="berhati-hati" data-blogger-escaped-berikan="berikan" data-blogger-escaped-bersamaan="bersamaan" data-blogger-escaped-berulang="berulang" data-blogger-escaped-besar="besar" data-blogger-escaped-bikarbonat="bikarbonat" data-blogger-escaped-bila="bila" data-blogger-escaped-bitartat="bitartat" data-blogger-escaped-boleh="boleh" data-blogger-escaped-d5w="d5w" data-blogger-escaped-da1="da1" data-blogger-escaped-da2.="da2." data-blogger-escaped-da2="da2" data-blogger-escaped-dalam="dalam" data-blogger-escaped-dan="dan" data-blogger-escaped-dapat="dapat" data-blogger-escaped-darah="darah" data-blogger-escaped-dari="dari" data-blogger-escaped-dengan="dengan" data-blogger-escaped-di="di" data-blogger-escaped-diberikan="diberikan" data-blogger-escaped-digunakan="digunakan" data-blogger-escaped-diinginkan.="diinginkan." data-blogger-escaped-dilarutkan="dilarutkan" data-blogger-escaped-dilawan="dilawan" data-blogger-escaped-dinaikkan="dinaikkan" data-blogger-escaped-disatukan="disatukan" data-blogger-escaped-dititrasi="dititrasi" data-blogger-escaped-dobutamin="dobutamin" data-blogger-escaped-dopamin="dopamin" data-blogger-escaped-dopaminergik="dopaminergik" data-blogger-escaped-dosis="dosis" data-blogger-escaped-efek="efek" data-blogger-escaped-efeknya="efeknya" data-blogger-escaped-ekstravasasi="ekstravasasi" data-blogger-escaped-epinefrin="epinefrin" data-blogger-escaped-epinferin="epinferin" data-blogger-escaped-fisiologis="fisiologis" data-blogger-escaped-gagal="gagal" data-blogger-escaped-ginjal="ginjal" data-blogger-escaped-harus="harus" data-blogger-escaped-hingga="hingga" data-blogger-escaped-hipovolemia="hipovolemia" data-blogger-escaped-inotropik="inotropik" data-blogger-escaped-isi="isi" data-blogger-escaped-iskemik.="iskemik." data-blogger-escaped-iv="iv" data-blogger-escaped-jalur="jalur" data-blogger-escaped-jantung="jantung" data-blogger-escaped-jaringan.="jaringan." data-blogger-escaped-jika="jika" data-blogger-escaped-juga="juga" data-blogger-escaped-karena="karena" data-blogger-escaped-katekolamin="katekolamin" data-blogger-escaped-ke="ke" data-blogger-escaped-keadaan="keadaan" data-blogger-escaped-kekuatan="kekuatan" data-blogger-escaped-kenaikan="kenaikan" data-blogger-escaped-kerja="kerja" data-blogger-escaped-kgbb="kgbb" data-blogger-escaped-kimia="kimia" data-blogger-escaped-kiri.="kiri." data-blogger-escaped-konsumsi="konsumsi" data-blogger-escaped-kontraktilitas="kontraktilitas" data-blogger-escaped-kuat="kuat" data-blogger-escaped-larutan="larutan" data-blogger-escaped-lewat="lewat" data-blogger-escaped-m="m" data-blogger-escaped-mekanisme="mekanisme" data-blogger-escaped-melepas="melepas" data-blogger-escaped-memberikan="memberikan" data-blogger-escaped-membuat="membuat" data-blogger-escaped-membuatnya="membuatnya" data-blogger-escaped-mempunyai="mempunyai" data-blogger-escaped-mencegah="mencegah" data-blogger-escaped-mengakibatkan="mengakibatkan" data-blogger-escaped-mengharapkan="mengharapkan" data-blogger-escaped-menghasilkan="menghasilkan" data-blogger-escaped-menimbulkan="menimbulkan" data-blogger-escaped-meningkatkan="meningkatkan" data-blogger-escaped-menit="menit" data-blogger-escaped-merangsang="merangsang" data-blogger-escaped-mg="mg" data-blogger-escaped-miokardium="miokardium" data-blogger-escaped-mirip="mirip" data-blogger-escaped-ml="ml" data-blogger-escaped-mmhg="mmhg" data-blogger-escaped-mningkatkan="mningkatkan" data-blogger-escaped-nacl="nacl" data-blogger-escaped-nekrose="nekrose" data-blogger-escaped-netrikus="netrikus" data-blogger-escaped-norepinefrin="norepinefrin" data-blogger-escaped-oemberiannya.="oemberiannya." data-blogger-escaped-oksigen="oksigen" data-blogger-escaped-oleh="oleh" data-blogger-escaped-oliguria="oliguria" data-blogger-escaped-orang="orang" data-blogger-escaped-pada="pada" data-blogger-escaped-pasien="pasien" data-blogger-escaped-pemberian="pemberian" data-blogger-escaped-pembuluh="pembuluh" data-blogger-escaped-penggunaannya="penggunaannya" data-blogger-escaped-pengisian="pengisian" data-blogger-escaped-penurunan="penurunan" data-blogger-escaped-penyakit="penyakit" data-blogger-escaped-perifer="perifer" data-blogger-escaped-phenotalamie="phenotalamie" data-blogger-escaped-prekursor="prekursor" data-blogger-escaped-refleks="refleks" data-blogger-escaped-rendah.="rendah." data-blogger-escaped-renosplanik="renosplanik" data-blogger-escaped-reseptor="reseptor" data-blogger-escaped-resistensi="resistensi" data-blogger-escaped-respon="respon" data-blogger-escaped-sampai="sampai" data-blogger-escaped-saraf="saraf" data-blogger-escaped-sebagai="sebagai" data-blogger-escaped-secara="secara" data-blogger-escaped-sedangkan="sedangkan" data-blogger-escaped-segera="segera" data-blogger-escaped-sehingga="sehingga" data-blogger-escaped-sekuncup="sekuncup" data-blogger-escaped-sering="sering" data-blogger-escaped-setara="setara" data-blogger-escaped-simpul="simpul" data-blogger-escaped-sintesis="sintesis" data-blogger-escaped-sistemik.="sistemik." data-blogger-escaped-sistolik="sistolik" data-blogger-escaped-spesifik="spesifik" data-blogger-escaped-splanikus.="splanikus." data-blogger-escaped-syok="syok" data-blogger-escaped-tanpa="tanpa" data-blogger-escaped-tekanan="tekanan" data-blogger-escaped-tergantung="tergantung" data-blogger-escaped-terhadap="terhadap" data-blogger-escaped-terjadi="terjadi" data-blogger-escaped-tetap.="tetap." data-blogger-escaped-tetapi="tetapi" data-blogger-escaped-tidak="tidak" data-blogger-escaped-total="total" data-blogger-escaped-tua="tua" data-blogger-escaped-untuk="untuk" data-blogger-escaped-vaskular="vaskular" data-blogger-escaped-vasodilatasi.="vasodilatasi." data-blogger-escaped-vasodilatasi="vasodilatasi" data-blogger-escaped-vasokonstriksi="vasokonstriksi" data-blogger-escaped-ventrikel="ventrikel" data-blogger-escaped-vesodilatasi="vesodilatasi" data-blogger-escaped-yang="yang">20 µ/kgBB/menit( >40 µ/kgBB/menit akan toksik) 6. AMRINONE DAN MILRINONE Mekanisme Kerja Keduanya merupakan penghambat fosfodisterase III. Amrinone mempengaruhi preload efek terhadap hemodinamik seperti dobutamin. Sering dipakai pada gagal jantung berat ataupun syok kardiogenik; tidak direkomendasikan untuk kasus penyakiy jantung katup. Dosis Amrinone: 0,75 mg/kg BB diinjeksikan selama 2-3 menit IV, dapat diulang 30 menit kemudian, dosis pemeliharaan -15 µ/kgBB/menit IV. Milrinone : 50 µ/kgBB diinjeksikan IV lebih dari 10 menit, dosis pemeliharaan 0,375- 0,750 µ/kgBB/menit selama 2-3 hari. Pada pasien gagal ginjal dosis disesuaikan. 7. KALSIUM Mekanisme Kerja Berpearan penting dalam kontraktilitas miokardium dan pembentukan impuls listrik. Keadaan yang memerlukan kalsium seperti hiperkalemia, hipokalsemia keracunan antagonis kalsium. Dosis 2-4 mg/kg BB – 10% CaCl2, dapat diulang setiap 10 menit. 8. DIGITALIS Mekanisme Kerja Menurunkan ventrikular rate pada fibrilasi atrial atau atrial flutter. Keracnan digitalis dapat mengakibatkan aritmia ventrikular sampai henti jantung. Dosis Bolus 0.5 mg IV, dapat diulang 4 jam kemudian dengan dosis 0,25 mg IV, sampai tercapai efek digitalis, atau dosis total telah mencapai 1,25 mg/24 jam IV 9. NITROGLISERIN Mekanisme Kerja Nitrat menimbulkan relaksasi otot polos vaskular, sehingga tidak boleh diberikan pada pasien dengan Iinfark Miokard ventrikel kanan yang sangat tergantung pada preload Dosis Nitrogliserin 0,3 – 0,4 mg SL, dapat diulang 3-5 menit kemudian bila angina belum hilang, pemberian ulangan bisa sampai 3 kali(3 tablet). Nitrogliserin 10-20 Mcg/menit IV, dinaikkan 5-10Mcg/menit setiap 5-10 menit sampai keluhan angina hilang. Pada dosis rendah (30-40 Mcg/menit) mengakibatkan venodilatasi, sedangkan pada dosis tinggi (150-500 Mcg/ mneit) menimbulkan arteriolar dilatasi. 10. SODIUM NITROPRUSID Mekanisme Kerja Merupakan vasodilator perifer yang kuat, digunakan pada gagal jantung berat dan hipertensi emergensi. Efek venodilatasi mengurangi pengisian ventrikel kiri (preload), sehingga memperbaiki edema paru dan mengurangi tekanan dan volume ventrikel kiri. Sedangkan efek arteriol dilatasi menurunkan resistensi vaskular perifer (afterload), meningkatkan pengosongan fase sisitolik dengan mengurangi volume ventrikel kiri dan tekanan dinding serta mengrangi konsumsi oksigen miokard. Bila volume intravaskular normal atau tinggi, maka pengurangan resistensi vaskular perifer akan disertai peningkatan isi sekuncup, dengan sedikit penurunan tekanan darah sistolik. Tetapi bila hipovolemik,akakn terjadi penurunan tekanan darah yang berlebihan disertai refleks takikardi. Pemakaian nitroprussid pada gagal jantung berat akibat regurgutasi katup mitral/aorta bermanfaat untuk mengurangi volume regurggitan, sedangkan pada hipertensi dan penyakit jantung iskemik dapat mengurangi tekanan dinding dan beban kerja miokard. Dosis 0,1-5 Mcg/kg BB/ menit IV , dapat dititrasi sampai 10 Mcg/kg BB/menit IV 11. SODIUM BIKARBONAT Mekanisme Kerja Sodium bikarboonat mengatasi asidosis jaringan dan asidosis selama henti jantung maupun resusitasi (akibat rendahnya perfusi jaringan). Untuk menguatkan ventilasi alveolar dan mengembalikan perfusi jaringan, pertama-tama dilakukan kompresi dada, dilanjutkan mengembalikan sirkulasi spontan secara cepat. Dosis 1mg/kgBB IV bolus 12. DIURETIK Mekanisme Kerja Furosemid merupakan diuretik yang kuat yang menghambat reabsorpsi natrium di tubulus renal proksimal dan distal, serta loop henle. Kerja furosemid sekitar 5 menit, tetapi produksi urin terjadi lebih dari 5 menit. Dosis 0,5-1 mg?kgBB, diinjeksikan pelan. ...Read More..

Sabtu, 01 Oktober 2011

ayooo rehat duluuuu.....

Terdapat fenomena kontralateral, dimana otak sebelah kanan mengemudikan motorik tubuh sebelah kiri dan otak sebelah kiri menyetir motorik tubuh sebelah kanan. Berikut ini adalah cara untuk mengaktivkan otak kanan...... RIGHT TIPS • Janganlah serius terus-terusan. Cobalah bermain, bergurau dan bercerita sebentar. • Janganlah bekerja terus-terusan. Cobalah menikmati puisi sesekali. • Janganlah menulis terus-terusan. Cobalah menggambar sesekali. • Janganlah berbusana dengan kombinasi warna yang itu- itu saja. Cobalah berbusana dengan kombinasi warna yang lain. • Janganlah membiarkan interior rumah begitu- begitu saja. Cobalah menata ulang inteiror rumah anda. • Janganlah menempuh jalan yang sama setiap hari. Cobalah menempuh jalan yang berbeda. • Janganlah memeahkan masalah yang sama. Cobalah mencari tantangan baru. • Janganlah duduk terus dibelakang meja. Cobalah keluar ruangan sebentar. • Janganlah bejerja terus sepanjang hari. Cobalah melamun sebentar. • Janganlah bekerja terus sepanjang hari. Cobalah sisihkan waktu untuk beribadah. • Janganlah bekerja terus selama seminggu. Cobalah sisihkan waktu untuk berlibur. • Janganlah mandi begitu saja. Cobalah mandi sambil bernyanyi. • Janganlah beraktivitas begiru saja. Cobalah beraktivitas sambil mendengarkan lagu. • Janganlah memutuskan berdasarkan logika semata. Cibalah pertimbangkan intuisi. • Janganlah memuuskan berdasarkan prinsip semata. Cobalah pertimbangkan sikon. • Janganlah terpaku memutuskan tugas satu persatu. Cobalah sesekali menuntaskan tugas sekaligus. • Janganlah berpikir sepotong- sepotong. Cobalah berpikir secara keseluruhan. • Janganlah mmbaca majalah yang itu-itu saja. Cobalah membaca majalah yang tidak relevan. • Janganlah memperhatikan alur cerita sinetron. Cobalah memperhatikan pesan tersiratnya. • Janganlah terus-terusan mengoleksi buku baru. Cobalah mencari teman baru. • Janganlah Cuma membayar makanan sendiri. Coblah mentraktir teman sesekali. • Janganlah cuman menumpuk keuntungan. Cobalah memupuk hubungan. • Janganlah Cuma memohon menjalani. Cobalah bersyukur. • Janganlah Cuma rutinitas hidup. Cobalah merenungkan makna hidup. TIPS – TIPS KHUSUS  Eight Game. Pura puralah menulis angka delapan tidur atau simbol∞ di udara dengan tangan kiri dan kanan secara bersama sama . permainan sederhana ini bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kanan. Cobalah dan teruskanlah permainan ini setelah sarapan,selama dua menit setiap hari.  Thumb game. Acungkanlah jempol tangan kiri dan kelingking tangan kanan, sambil menyorongkan kedua belah tangan ke arah kanan. Sebaliknya acungkanlah jempol tangan kanan dan kelingking tangan kiri, sambil menyorongkan kedua belah tangan kanan ke arah kiri. Permainan kecil ini bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan. Cobalah dan teruskanlah permainan ini bersama teman- teman setelah makan siang, selama dua menit setiap hari.  Pattern Game. Gambarlah pola- pola tertentu di atas kertas kosong, dengan tangan kiri dan kanan secara bersama- sama, kearah dalam,luar,atas dan bawah. Selain bertujuan untuk menyeinbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan, permainan ini juga dapat menggali potensi visual. Cobalah permainan ini selama dua menit setiap hari, minimal 14 hari berturut- turut.  Spesifik Crawl. Gerakkan tangan kanan dengan kaki kiri. Kemudian balaslah, gerakkan tangan kiri serentak dengan kaki kanan. Idealnya, siku tangan menyentuh lutut. Iringi pula dengan lagu favorit. Selain bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan kanan, gerakan ini juga dapat memnbuat pikiran terbuka terhadap hal-hal yang baru. Cobalah gerakan ini selama 10 menit setiap hari, minimal 14 hari berturut- turut.  Spesifik Posturing. Bertumpulah di lantai dengan lutut kiri dan tangan kanan. Sementara itu, kaki kanan diluruskan ke belakang dan tangan kiri ke depan. Posisi ini bertujuan untuk mengaktivkan syaraf- syaraf tertentu secara umum dan otak kanan secara khusus. Cobalah posisi ini selama 10 menit setiap hari, minimal 14 hari berturur- turut.  Spesifik Relaxing. Tip ini khusus untuk anak- anak. Pertahankan posisi relaksasi setengah tengkurap. Biasakan pula posisi ini ketika anak tidur. Semakin dini, semakin baik. Biasakan juga posisi ini ketika anak sakit, sambil dipeluk oleh orang tua. Dengan demikian otak anak berada dalam frekuensi alpha dan anak akan merasa damai kerenanya.  Rotated Reading. Balikkan sebuah tulisan (atas bawah), lalu bacalah tulisan tersebut dari kanan ke kiri. Cobalah dan teruskanlah kebiasaan baru ini selama 2 menit.  Left Handed Foreplay. Tip yang boleh juga disebut Kanansutra ini khusus untuk laki-laki yang telah menikah. Cumbulah pasangan anda dengan menggunaka tangan kiri.  Left Handed Hhandling. Peganglah gagang pintu dan bukalah pintu dengan tangan kiri. Cobalah an teruskan kebiasaan baru ini setiap hari.  Left Handed Brushing. Gosoklah gigi dengan mnggunakan tangan kiri pada pagi hari. Untuk sore hari atau malam, tetaplah menggosok gigi dengan tangan kanan. Cobalah dan teruskanlah kebiasaan baru ini setiap hari.  Left Handed Writing. Tulislah nama panggilan anda dengan tangan kiri di atas kertas kosong. Cobalah kebiasaan ini minimal 10 kali sehari, selama 14 hari berturut-turut.  Left Handed Singing. Buatlah tanda tangan dengan tangan kiri di atas kertas kosong. Cobalah kebiasaan baru ini minimal 10 kali selama 14 hari. Adapun 8 tip terakhir bertujuan untuk mengaktivkan otak kanan. ...Read More..