Selasa, 04 Oktober 2011
sekilas tentang desinfeksi dan antiseptik...
disini akan dijelaskan berbagai macam kegunaan, perbedaan serta keuntungan dan kerugian dari desinfeksi antiseptikDESINFEKSI DAN ANTISEPTIK
• Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
• Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
• Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (Signaterdadie, 2009)
ANTISEPTIK
• Banyak zat kimia yang digolongkan sebagai antiseptik. Berikut antiseptik yang umumnya digunakan :
1. Alkohol 60-90% (etil, atau isopropil, atau ”methylated spirit”).
2. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane).
3. Klorheksidin glukomat dan setrimide, dalam berbagai konsetrasi (Savlon).
4. Yodium 3%, yodium dan produk alkohol berisi yodium atau tincture (yodium tinktur).
5. Iodofor 7,5-10% berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne).
6. Kloroksilenol 0,5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol).
7. Triklosan 0,2-2% . (Syaifudin, 2005).
• Dalam pemilihan suatu antiseptik, perlu diperhatikan karakteristik yang diinginkan (misalnya absorpsi dan daya tahan), keamanan, efektivitas, ketersediaan, penerimaan oleh staf dan yang terpenting biayanya (Boyce dan Pitter 2002; Larson 1995; Rutala 1996). Larutan antiseptik yang dianjurkan, aktivitas mikrobiologinya dan potensi penggunaannya. (sistem gradasi yang digunakan pada kolom adalah sangat baik, baik, cukup dan tidak) (Syaifudin, 2005).
AKTIVITAS MELAWAN BAKTERI (AKTIVITAS MIKROBIOLOGIS)
1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)
Gram-positif: Sangat Baik
Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
TB: Sangat Baik
Virus: Sangat Baik
Jamur: Sangat Baik
Endospora: Nihil
Tindakan kecepatan relatif: Cepat
2. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).
Gram-positif: Sangat Baik
Gram-negatif terbanyak: Baik
TB: Sedang
Virus: Sangat Baik
Jamur: Sedang
Endospora: Nihil
Tindakan kecepatan relatif: Sedikit
3. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)
Gram-positif: Sangat Baik
Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
TB: Sangat Baik
Virus: Sangat Baik
Jamur: Baik
Endospora: Sedang
Tindakan kecepatan relatif: Ditandai
4. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)
Gram-positif: Sangat Baik
Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
TB: Sedang
Virus: Baik
Jamur: Baik
Endospora: Nihil
Tindakan kecepatan relatif: Sedang
5. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)
Gram-positif: Baik
Gram-negatif terbanyak: Sangat Baik
TB: Sedang
Virus: Baik
Jamur: Tidak diketahui
Endospora: Tidak diketahui
Tindakan kecepatan relatif: Lambat
6. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)
Gram-positif: Sangat Baik
Gram-negatif terbanyak: Baik
TB: Sedang
Virus: Sangat Baik
Jamur: Nihil
Endospora: Tidak diketahui
Tindakan kecepatan relatif: Minim
KEGUNAAN POTENSIAL
1. Kelompok: Alkohol (60-90% etil atau isopropil)
Terinfeksi bahan organik: Cukup
Basuh operasi: Ya
Persiapan kulit : Ya
Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Tidak baik untuk pembersihan kulit, tidak tertahan lama.
2. Kelompok: Klorheksidin (2-4%) (Hibitane, Hibiscrub).
Terinfeksi bahan organik: Sedikit
Basuh operasi: Ya
Persiapan kulit : Ya
Keterangan: Punya daya tahan yang bagus beracun untuk mata dan telinga.
3. Kelompok: Pemberian Iodin (3%)
Terinfeksi bahan organik: Ditandai
Basuh operasi: Tidak
Persiapan kulit : Ya
Keterangan: Tidak digunakan pada selaput lendir. Bisa membakar kulit, hilang setelah beberapa menit.
4. Kelompok: Iodofor (7,5-10%) (betadine)
Terinfeksi bahan organik: Cukup
Basuh operasi: Ya
Persiapan kulit : Ya
Keterangan: Bisa digunakan pada selaput lendir.
5. Kelompok: Para-kloro Metaksilenol (PCMX) (0,5-4%)
Terinfeksi bahan organik: Minim
Basuh operasi: Tidak
Persiapan kulit : Ya
Keterangan: Menembus pada kulit, jangan digunakan pada bayi baru lahir.
6. Kelompok: Triklosan (0,2-2%)
Terinfeksi bahan organik: Minim
Basuh operasi: Ya
Persiapan kulit : Tidak
Keterangan: Penerimaan pada tangan bervariasi.
Sumber data : Diadaptasi dari Boyce dan Pittet 2002, Olmted 1996.
Keuntungan dan kerugian antiseptik, sebagai berikut :
a. Alkohol
• Etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan mudah diperoleh serta murah. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit. Juga efektif terhadap virus hepatitis dan HIV, jangan dipakai untuk selaput lendir (misalnya di vagina), karena alkohol mengeringkan dan mengiritasi selaput lendir dan kemudian merangsang pertumbuhan mikroorganisme.
• Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi, lebih murah dari yang konsentrasi lebih tinggi. Karena pengeringan pada kulit kurang, etil alkohol lebih sering digunakan pada kulit.
1. Keuntungan :
1. Cepat membunuh jamur dan bakteri termasuk mikrobakteri; isopropil alkohol membunuh sebagian besar virus, termasuk HBV dan HIV; etil alkohol membunuh semua jenis virus.
2. Walaupun alkohol tidak mempunyai efek membunuh yang persisten, pengurangan cepat mikroorganisme di kulit, melindungi organisme tumbuh kembali bahkan di bawah sarung tangan selama beberapa jam.
3. Relatif murah dan tersedia di mana-mana.
2. Kerugian :
1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit.
2. Mudah pengeringan kulit.
3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
4. Mudah terbakar sehingga perlu disimpan di tempat dingin atau berventilasi baik.
5. Merusak karet atau lateks.
6. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih. (Syaifudin, 2005)
b. Klorheksidin Glukonat (CHG)
• Klorheksidin glukonat adalah antiseptik yang sangat baik. Ia tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian dan aman bahkan untuk bayi dan anak. Karena klorheksidin glukonat diinaktivasi oleh sabun, aktivitas residualnya bergantung pada konsentrasinya. Konsentrasi 2-4% merupakan yang dianjurkan. Formulasi baru 2% dalam air dan 1% klorheksidin tanpa air, dicampur alkohol juga efektif.
1. Keuntungan :
1. Antimikrobial spektrum luas.
2. Secara kimiawi aktif paling sedikit 6 jam.
3. Perlindungan kimiawi (jumlah mikroorganisme terhalang) meningkat dengan penggunaan ulang.
4. Pengaruh material organik minimal.
5. Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol.
2. Kerugian :
1. Mahal dan tidak selalu tersedia.
2. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
3. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
4. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
5. Hindari kontak dengan mata, karena dapat mengakibatkan konjungtivitas. (Syaifudin, 2005)
c. Larutan Yodium dan Iodofor
• Larutan yodium 3% sangat efektif dan tersedia dalam bentuk cair (lugol) dan tinktur (yodium dalam alkohol 70%). Iodofor 7,5-10% adalah larutan yodium dicampur dengan polivinil pirolidon (providon) yang mengeluarkan yodium jumlah kecil. PVI adalah iodofor yang umum dan tersedia di mana-mana.
• Sejumlah yodium “bebas” menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989). Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas. Ia membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur. Namun, ia memerlukan waktu 2 menit untuk mengeluarkan yodium bebas yang merupakan bahan kimiawi aktif. Sejak mengeluarkan yodium bebas, ia mempunyai efek membunuh yang cepat. Akhirnya, iodofor umumnya nontaksik dan non-iritaif pada kulit dan selaput lendir, kecuali jika pasiennya alergi terhadap yodium.
1. Keuntungan
1. Efek antimokrobial spektrum luas.
2. Preparat yodium cair murah, efektif, dan tersedia di mana-mana.
3. Tidak mengiritasi kulit atau selaput lendir, dan ideal untuk pembersihan vaginal.
4. Larutan 3% tidak menodai kulit.
2. Kerugian :
1. Efek antimikrobial lambat atau perlahan.
2. Iodofor mempunyai efek residual yang kecil.
3. Cepat diinaktivasi oleh material organik seperti darah atau dahak.
4. Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).
5. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989).
6. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi. (Syaifudin, 2005)
d.Kloroheksilenol
• Kloroheksilenol (para-kloro-metaksilenol atau PCMX) adalah devisi halogen dari silenol yang luas tersedia dalam konsentrasi 0,5-4%. Kloroheksilenol memecahkan mikroorganisme dengan memecah dinding sel. Hal ini merupakan penghapus kuman yang beraktivitas rendah (Fevero, 1985) dibandingkan dengan alkohol, yodium, iodofor dan kurang efektif dalam menurunkan flora kulit daripada CHG atau iodofor (Sheen dan Stiles, 1982). Karena ia menembus kulit, dapat beracun jika dioleskan pada beberapa bagian dari tubuh, dan tidak boleh digunakan pada bayi. Meskipun, produk komersil dengan kloroheksilenol dengan konsentrasi di atas 4% tidak boleh digunakan.
1. Keuntungan :
1. Aktivitas bersepektrum luas.
2. Hanya sedikit efeknya terhadap materi organik.
3. Efek residu tahan sampai beberapa jam.
4. Minimal efek oleh bahan organik.
2.Kerugian :
1. Diinaktivasi oleh sabun (surfaktan nonionik), penggunaan untuk persiapan kulit berkurang.
2. Tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir, karena dapat menyerap dengan cepat dan potensial meracuni. (Syaifudin, 2005)
e. Triklosan
• Triklosan adalah subtansi tidak berwarna yang terdapat dalam sabun sebagai antimikrobial. Konsentrasi 0,2-2,0% mempunyai aktivitas antimikrobial sedang terhadap koki gram positif, mikobakteria dan jamur, tapi tidak terhadap baksil gram negatif, khususnya P aeruginosa (Larson 1995). Meskipun perhatian ditujukan pada resistensi terhadap bahan ini bisa berkembang lebih siap dari bahan antiseptik lain, resistensi pada flora kulit tidak ditemukan penelitian klinis sampai saat ini.
1. Keuntungan :
1. Aktivitas berspektrum luas.
2. Persistensi sangat bagus.
3. Sedikit efeknya oleh bahan organik.
2. Kerugian :
1. Tidak ada efeknya terhadap P aeruginosa atau baksil gram negatif lain.
2. Bakteriostatik (hanya mencegah pertumbuhan). (Syaifudin, 2005)
EFEKTIFITAS DISINFEKTAN
a. Alkohol
1. Efektif
1. Kecepatan membunuh bakteri 10-15 menit (Imbang Dwi, 2009).
2. Sangat efektif dalam mengurangi mikroorganisme di kulit, virus hepatitis dan HIV.
3. Menurut Larson (1995) alkohol merupakan salah satu antiseptik paling aman. Etil atau isopropil alkohol 60-70% efektif dan pengeringan kulit kurang pada konsentrasi lebih tinggi.
2. Tidak efektif
1. Memerlukan emulien (misalnya gliserin dan atau propilen glikol) untuk mencegah pengeringan kulit.
2. Mudah pengeringan kulit.
3. Mudah diinaktivasi oleh bahan-bahan organik.
4. Tidak dapat dipakai sebagai bahan pembersih.
b.Savlon (klorheksidin glukonat)
1.Efektif
1. Kecepatan membunuh bakteri 20-30 menit (Imbang Dwi, 2009).
2. Klorheksidin glukonat tetap aktif terhadap mikroorganisme di kulit beberapa jam sesudah pemberian.
3. Aman untuk bayi dan anak.
2. Tidak efektif
1. Efek dikurangi atau dinetrelisasi oleh sabun, air ledeng, dan beberapa krim tangan.
2. Tidak efektif terhadap basil TBC, baik dan efektif melawan jamur.
3. Tidak dapat dipakai pada pH > 8 karena mengalami dekomposisi.
e). Betadine (yodium dan iodofor)
1. Efektif
1. Kecepatan membunuh bakteri 10-20 menit (Imbang Dwi, 2009).
2. Sejumlah yodium “bebas” menunjukkan tingkat aktivitas anti mikrobial iodofor (misalnya 10% povidon iodin berisi 1% iodin, menghasilkan konsentrasil “bebas” iodin dari 1 ppm (0,0001%) (Anderson, 1989).
3. Iodofor mempunyai aktivitas spektrum yang luas.
4. Membunuh bakteria vagetatif, virus mikrobakteria, dan jamur.
2. Tidak efektif
1. Absorpsi yodium bebas melalui kulit dan selaput lendir dapat mengakibatkan hiptiroidisma pada bayi baru lahir. Oleh karena itu batasi pemakaiannya (Newman 1989).
2. Reaksi alergi terhadap iodin dan iodofor dapat terjadi, jadi cek riwayat alergi.
• Maka perpaduan antiseptik antara alkohol-betadine dengan savlon-betadine lebih efektif alkohol-betadine karena kedua antiseptik salvon dan betadine masih ada keterkaitan dengan alkohol, misalnya :
1. Pada keuntungan salvon: Tersedia produk komersial, yang umum adalah dicampur dengan deterjen dan alkohol.
2. Pada kerugian betadine: Yodium tinktur atau cairan dapat mengiritasi kulit dan harus dibersihkan dari kulit sesudah kering (pakai alkohol).
• Sedangkan pada segi kecepatan membunuh bakteri :
a. Alkohol-Betadine
• Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong cepat (alkohol) dan sedang (betadine).
b.Salvon-Betadine
• Pada tabel 2.1 aktifitas mikrobiologis dan kegunaan potensial pada kolom aktifitas melawan bakteri di sub kolom tindakan kecepatan relatif tergolong sedang (salvon) dan sedang (betadine).
• Dari segi kecepatan membunuh bakteri dapat disimpulkan bahwa antiseptik alkohol-betadine lebih cepat daripada salvon-betadine.
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu.[2] pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.[2] Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.[2]
Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit.[2] Mekanisme kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat .[2] Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.[2]Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.[2]
Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil.[5] Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.[5] Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.[2] Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.[2] Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.[2]
Alkohol
Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.[4] Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.[4
Amonium Kuartener
Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya[2]. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida[2]. Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam)[2]. Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap[2]. Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu[2].
Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%[4]. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan[4]. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik[4].
Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air[5]. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air[5]. Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae[5].
Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin[4][6]. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk minyak bumi tertentu[6]. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, [6] Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.[6]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar